Rabu, 18 Mei 2016

Kesenian Kota Kediri

JARANAN/KUDA KEPANG

Kesenian jaranan atau dengan nama lain Kuda Lumping dan Kuda Kepang merupakan kesenian khas Kediri, kesenian ini berakar kuat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kediri, seni jaranan merupakan bentuk kesenian yang menggambarkan tentang kegagahan pasukan berkuda masa kerajaan yang bertugas membasmi keangkaramurkaan.
jaranan
Seni jaranan ini menggunakan peralatan tari berupa, kuda kepang (kuda yang terbuat dari anyaman bambu), bentuk celeng (babi hutan), dan topeng Caplokan.
Dalam frame penampilannya, penari jaranan akan tampil pertama kali dan menari menggunakan kuda kepang dengan diiringi instrument gamelan.
Gerak tari yang ditampilkan merupakan gerak dinamis yang sesuai dengan irama gamelan pengiringnya. Penampilan selanjutnya muncul sosok penari Caplokan dari penari babi hutan sehingga terjadi pertarungan diantara ketiganya.
Pada puncak tariannya, para pemain jaranan akan mengalami trance sehinggan melakukan atraksi menakjubkan dan tidak bias dilakukan oleh manusia biasa, atraksi-atraksi tersebut antara lain : memakan pecahan kaca, berjalan diatas api, dst.
Penari-penari biasanya akan didampingi oleh seorang Gambuh yaitu pawing seni ajaran yang bertugas mengobati penari agar sembuh dari trance-nya dan dapat normal kembali.

KETHEK OGLENG
Image result for kethek ogleng
Selain jaranan, Kediri juga punya kesenian khas yang lain. Bahkan, tari yang dicuplik dari kisah asmara Panji Asmarabangun dan Dewi Kilisuci tersebut juga sudah mendunia. Tapi sekarang tari ini terancam punah. Bagi komunitas seniman Kediri, nama Guntur sudah tidak asing lagi. Dedikasinya terhadap dunia seni bahkan sudah membawanya hingga ke berbagai negara di dunia. Memperkenalkan tari nasional ke seluruh dunia. Salah satunya adalah mempertontonkan tari Kethek Ogleng. Menurut Guntur, tari Kethek Ogleng sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Tari ini mengalami masa puncak pada era 70-an. Seiring berjalannya waktu, tari Kthek Ogleng perlahan-lahan mulai jarang ditampilkan. Pada era 90-an kegemaran masyarakat dan seniman mulai bergeser. Mereka lebih suka memainkan jaranan yang gerakan dan musiknya lebih sederhana. Tak heran bila saat ini warga Kediri lebih mengenal jaranan sebagai seni khas Kediri dibandingkan Kethek Ogleng. Apa yang membuat Kethek Ogleng menjadi kesenian khas Kediri? Guntur mengatakan sebenarnya tari tersebut berasal dari legenda Kota Kediri. Yaitu kisah percintaan Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji dalam Cerita Panji.
Kera atau kethek yang ditampilkan pada cerita tersebut adalah jelmaan dari Panji Asmorobangun. Dia berubah wujud menjadi seekor kera putih yang sedang mencari calon pendamping hidup.
Saat berkelana di hutan kera putih berjumpa dengan Endang Roro Setompe yang merupakan nama lain dari Dewi Sekartaji. Melihat sosok Dewi Sekartaji yang cantik jelita, Panji pun tergoda. Namun sayangnya Sekartaji tidak mau memiliki suami seeekor kera. “Akhirnya Sekartaji meninggalkan kera sendirian di tengah hutan,” cerita Guntur.
Cerita itulah yang kemudian ditampilkan dalam bentuk satu tarian dengan nama Kethek Ogleng. Sebenarnya untuk bisa menampilkan kesenian itu hanya dibutuhkan dua orang penari dengan iringan musik gamelan. Penari pertama berperan sebagai kera putih dan penari kedua berperan sebagai Dewi Kilisuci.

Sumber : Radio Andika FM Kediri, http://www.Brangwetan.wordpress.com

Kondisi Geografis Kota Kediri




Letak dan Kondisi Geografis

Secara astronomis, Kota Kediri terletak di antara 111° 05’ -112° 03’ Bujur Timur dan 7° 45’ - 7° 55’ Lintang Selatan. Sebagianbesar wilayah Kota Kediri (80,17%) merupakan dataran rendah dengan ketinggian 63–100 meter di atas permukaan laut yang terletak di sepanjang sisi Sungai Brantas. Sedangkan sisanya
(18,83%) merupakan dataran tinggi dan perbukitan dengan ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut yang tersebar dibagian barat dan timur Kota Kediri.Kota Kediri relatif datar yaitu pada kemiringan lereng  0 – 40%. Sebagian besar wilayah Kota Kediri (90,49%) merupakan dataran yang terletak pada kemiringan lereng 0 – 2%.Sedangkan wilayah Kota Kediri yang terletak pada kemiringan lereng 15–40% adalah kawasan Gunung Maskumambang dan Gunung Klotok di bagian barat Kecamatan Mojoroto.

Geologi.

Jenis batuan yang terkandung dalam struktur tanah wilayah. Kota Kediri antara lain berupa batuan sedimen, batuan gunung api dan alluvium. Sedangkan jenis tanah di Kota Kediri adalah alluvial coklat kelabu dan mediteran.

Hidrologi

Di Kota Kediri terdapat Sungai Brantas sepanjang 7 km yang mengalir dari arah selatan ke arah utara seolah-olah membelah Kota Kediri menjadi wilayah barat (Kecamatan Mojoroto) dan wilayah timur (Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren).Selain itu terdapat Sungai Kresek sepanjang 9 km; Sungai Parang sepanjang 7,5 km; Sungai Ngampel sepanjang 4,5 km dan Sungai Kedak sepanjang 8 km. Kecamatan Mojoroto memiliki 7sumber mata air dengan debit paling besar adalah mata air Sendang (0–60 liter/detik). Kecamatan Pesantren memiliki 14 sumber mata air dengan debit paling besar adalah mata air Banteng (10–112liter/detik).

Klimatologi

Secara klimatologi, jumlah hari hujan di Kota Kediri pada tahun 2010 mencapai 168 hari, dengan curah hujan 5.282mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember 2010 sebesar 945 mm dan bulan Oktober sebesar 663 mm,sedangkan pada dua tahun sebelumnya (tahun 2008 dan tahun 2009) curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2008 dan Januari 2009 masing-masing 1.500 mm dan 482 mm. Bila pada tahun sebelumnya terdapat tiga bulan berturut-turut, yaitu Juli sampai dengan September 2009 di Kota Kediri tidak terjadi hujan sama sekali tetapi pada tahun 2010 ini hujan terjadi pada sepanjang tahun.

Penggunaan Lahan

Pembangunan dan perkembangan kota belum sepenuhnya dilakukan secara merata keseluruh kota Kediri.
Karena pertumbuhan pembangunan dan perkembangan kota yang lebih cepat serta keterbatasan lahan terutama di wilayahkota tidak menutup kemungkinan adanya alih fungsi lahan sehingga terjadi perbedaan dalam perencanaan tata ruang dan kenyataan pembangunan dilapangan.Maka perlu adanya Ketaatan pembangunan dengan perencanaan tata ruang berdasarkan RTRW Kota Kediri. Sehingga dengan telah diberlakukan dan diterapkannya Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Kota
Kediri dapat meratakan pembangunan ditiap kecamatan dan juga pembangunan kawaan budidaya sesuai dengan lokasi dan wilayah yang telah ditentukan dalam RTRW Kota Kediri.
Kawasan Budidaya Kota Kediri yang merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan Kota Kediri, sebagaimana ditetapkan dalam RTRW adalah dengan meningkatkan kawasan perumahan; kawasan perdagangan dan jasa; kawasan perkantoran; kawasan industri; kawasan pariwisata ; kawasan ruang terbuka non hijau; kawasan ruang evakuasi bencana; kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal dan kawasan
peruntukan lainnya. Penggunaan Lahan di Kota Kediri di dominasi oleh lahan terbangun. Kota Kediri terbagi menjadi 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan kecamatan. Pesantren.Perkembangan untuk lahan terbangun belum tersebar secara merata. Dominasi penggunaan lahan kepadatan tinggi adalah Kecamatan Kota dengan sebaran perkantoran, perdagangan jasa, industri, pemukiman kepadatan tinggi dan wisata kota.Penggunaan lahan untuk Kecamatan Mojoroto di dominsi oleh
pendidikan, home industri, industri, pariwisata dan pertanian serta pemukiman kepadatan sedang dan rendah. Untuk Kecamatan Pesantren, dominasi penggunaan lahannya adalah perkantoran, industri, home industri, permukiman kepadatan sedang dan rendah serta pertanian.

SUMBER: http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kota-kediri-2013.pdf